LaNikman.....Sang Pelopor!


HIDUP adalah perjuangan, begitulah pepatah mengatakan. Perjuangan untuk mencari hidup dan penghidupan yang lebih baik untuk menata masa depan yang lebih cerah. Pepatah tersebut juga memberikan makna bahwa apapun pekerjaan harus dilakoni, demi anak istri dan segenggam cita-cita untuk kebahagian hidup di hari depan.
Hal inilah yang agaknya menginspirasi Pak Nikman, lelaki paru baya asal desa Sejaroh Sakti, Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, ini untuk menjalani hidupnya dengan kerja keras. Bagaimana tidak, sehari-hari pria yang biasa disapa Nikman ini hanya seorang buruh upahan di Perkebunan Cinta Manis yang berjarak sekitar 2 km dari rumahnya. Tenaga upahan musiman yang hanya bekerja menebas dan membersihkan ilalang di pinggiran batang tebu-tebu seperti Pak Nikman ini hanya dihargai sekitar Rp 15 ribu perhari, itupun harus dikurangi dengan biaya makan, dan keperluan selama di lokasi perkebunan. Wal hasil, uang yang diserahkan Pak Nikman saban hari kepada istrinya hanya sekitar Rp 10 ribu rupiah.


Jangan berharap bahwa angka ini cukup untuk keperluan hidup sehari-hari Pak Nikman, istri serta 2 orang anaknya, yang salah satunya sudah harus mulai bersekolah. Apalagi, jika harus dibandingkan dengan nilai pendapatan minimum sesuai dengan anjuran Bank Dunia yang 2 $ per individu tersebut. Namun, itulah hidup, perjuangan demi perjuangan yang harus dilakukan. Toh, Pak Nikman tetap tabah menjalani hidup dengan pekerjaan tersebut.
Dulu, di kala musim bersawah tiba, biasanya Pak Nikman mengerjakan sawah orang di dusunnya dengan sistem bagi hasil. Keuntungan yang didapat oleh Pak Nikman adalah sepertiga dari hasil panen padi yang didapatkan. Jika musim bekarang, Nikman juga tidak ketinggalan, bersama teman-temannya biasanya dia turun ke lebak. Tak lupa dia membawa pukat/jaring, jala dan juga tajur. Tajur adalah alat pancing sederhana, namun di tinggal selama lebih kurang 6 jam di tempat atau sarang ikan.
Kebiasaan yang dilakukan oleh Nikman, dan orang-orang di kampungnya, mereka biasanya akan menyimpan hasil panen padi untuk bekal selama setahun. Bagi mereka, hasil beras merupakan tabungan selama setahun, hanya dijual jika ada keperluan yang sangat mendesak. Pekerjaan sebagai pencari ikan dan juga buruh di Perkebunan Gula Cinta Manis hanyalah sebagai bagian dari upaya untuk mencari uang tambahan bagi kehidupan sehari-hari. Artinya, kalau untuk makan sehari-hari, keluarga Pak Nikman masih bisa menggan-tungkan dengan tabungan beras yang ada, namun untuk “lauk sehari-hari” untuk kecukupan pangan keluarga, serta biaya anak sekolah dan keperluan lainnya, Pak Nikman harus mencari alternatif penghasilan lain.
Pak Nikman adalah salah satu anggota KSM Tunas Harapan, satu-satunya kelompok swadaya masyarakat di desa tersebut yang didampingi oleh Yayasan Keluarga Mandiri Pedesaan (YKMP), sebuah LSM di Indralaya. Dulu, desa tersebut hanyalah berbentuk dusun yang dihuni oleh lebih kurang 50 KK, dusun Tanjung Buah namanya. Dusun ini termasuk dusun III dari desa Lubuk Sakti yang berada lebih kurang 4 kilometer dari dusun ini. Sejak tanggal 30 Desember 2004, dia mendapat amanah dari YKMP untuk memelihara ternak biri-biri sebanyak 5 ekor, 4 ekor betina dan 1 ekor pejantan.
Saat pertama kali menerima amanah ini, tidak sedikitpun terbersit dipikiran Nikman, bahwa ini akan menambah beban keluarganya. “Malahan, saya semakin giat untuk bekerja, karena sedikit banyak saya sudah mempunyai tabungan yang dapat dipergunakan jika ada keperluan mendesak”, katanya. Untuk keperluan ini, dia bahu membahu dengan istri dan 2 orang anaknya. Jika ada pekerjaan, istrinya siap menggantikan tugas Nikman dalam memelihara ternak. Dari mencarikan rumput, mengembalakan di padang rumput hingga membuat perapian juga selalu dilakukan oleh perempuan ini.
Lebih kurang 20 bulan Bapak Nikman sekeluarga memelihara ternak biri-birinya, sehingga pada tanggal 16 September 2005 melalui upacara ‘kecil’, Bapak Nikman meneruskan manfaat (POG) yang telah ia terima kepada Keluarga Bapak Muslim. Sebanyak 5 ekor biri-biri ditambah uang pembuatan kandang sebesar Rp. 300.000,- dan uang obat-obatan sebesar Rp. 40.000,- diserahkan kepada keluarga penerima.
Setelah menunaikan kewajibannya untuk meneruskan ternak terpenuhi, Keluaga Bapak Nikman semakin giat dalam memelihara ternak yang tersisa, memberi pakan, membersihkan kandang, memandikan ternak dan mengobati ternaknya jika ada yang sakit. Dan berkat kesungguhannya dalam memelihara ternak biri-birinya maka ternaknya semakin sehat dan berkembangbiak dengan baik, dan pada bulan september 2006 jumlah total ternak yang dimiliki sebanyak 16 ekor yang kemudian sebanyak 15 ekor dijual untuk membeli 1 ekor sapi. Adapun sisa ternak yang 1 ekor yang ada tetap dipelihara dan sekarang sudah melahirkan 2 ekor anak.
Tidak itu saja, Nikman juga pernah menjual beberapa ekor kambingnya untuk ditukar dengan sebidang sawah. Saat ini, Nikman tidak lagi menjadi tenaga upahan buruh sawah, sehingga setiap tahun dia bisa menikmati secara penuh hasil panen padinya.
Menurut Pak Nikmat, manfaat yang mereka dapatkan dengan aktiv bergabung dalam kelompok, mereka mendapatkan ternak biri-biri yang sudah diteruskan kepada keluarga lain. Pak Nikman masih menyisakan ternak biri-biri 3 ekor, mereka sudah menjual ternak biri-biri untuk dapat membeli 1 ekor sapi dan tambahan danauntuk membeli sawah. Tidak sekedar itu saja, pak Nikman merasa juga pengetahuan dan semangatnya juga semakin bertambah. Wajar jika Pak Nikman, mengungkapkan cita-citanya untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai sekolah yang lebih tinggi.
Sang Pelopor POG
Awalnya, saat pertama kali KSM Tunas Harapan berdiri, tidaklah sepenuhnya diterima masyarakat dusun tersebut. Pola kerja serta aturan-aturan yang harus dipatuhi anggota sedikit banyak menjadi sandungan sehingga masyarakat masih banyak yang enggan beraktifitas di kelompok. Beragam kejadian, misalnya adanya ternak yang hilang hingga ternak yang diracun, menjadi kisah kelam kelompok ini, sehingga dorongan masyarakat untuk tetap berkelompok semakin menurun. Belum lagi adanya pemahaman sesat yang terlanjur menganggap bahwa bantuan dari lembaga pemerintah ataupun lainnya ditujukan hanya pada satu keluarga, ide pengguliran bantuan hanyalah sebuah ketidakmungkinan. Passing on the Gift atau POG memang sangat dilakukan pada awalnya.
Hal ini diakui oleh Fery Kadarsyah, seorang pendamping dari YKMP yang sejak 2003 aktif mendampingi KSM Tunas Harapan. “Untuk meghadapi karakter masyarakat kito memang agak susah, perlu strategi dan berbagai pendekatan yang dilakukan”, katanya lagi. Dari pendekatan penyuluhan pihak kepolisian hingga pemahaman tentang nilai-nilai positip dalam kelompok, akhirnya menjadikan kelompok ini mulai berbenah.
Di tengah kondisi kelompok yang sedemikian rupa, Nikman mencoba berbuat, dan apa yang dilakukan? Sangat sederhana memang! Nikman hanya menggulirkan ternaknya kepada keluarga lain yang membutuhkan. Di tengah anggapan masyarakat tentang “fenomena bantuan”, Nikman memecah keadaan tersebut, dan mulai dari sanalah sebenarnya perubahan orientasi pemikiran masyarakat dan kelompoknya dimulai. Tak salah kalau di kelompoknya Nikman diangap sebagai pelopor POG. Atas kepeloporannya tersebut dan keluletannya dalam beternak hingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya Nikman bersama kelompoknya dianugerahi Golden Talent Award (GTA) oleh Heifer Internasional Indonesia. Di samping hadiah uang $ 400 yang diterima, Nikman juga berkesempatan ikut jalan-jalan by plane ke Medan dan mengikuti acara Heifer di Medan. “Raso ndak nyangko”, kata Nikman saat berada di bandara Polonia Medan. Ok....selamat Pak Nikman, semoga akan ada nikman-nikman yang lain.cha

Tidak ada komentar: